Syalom beloved!
Perkenalan dulu, nama saya Frans Yosua Armagatlie.
Ini kesaksian pertama saya di GBC (CiptaanBaru.com). Sebenarnya sudah lama saya ingin kesaksian, baik tentang pekerjaan baru maupun kesembuhan kulit kaki dari gatal-gatal alergi seafood. Namun niat kesaksian pasang surut karena ada saja pikiran, “Lah, loe kan sembuhnya karena minum obat, coba loe ga minum obat, sembuh ga?”, atau tentang pekerjaan, “Pekerjaan baru? Yah loe kan dapet juga karena loe lamar-lamar, kalo loe mau kesaksian karena pekerjaan Tuhan yang kasih, ya kesaksian yang effort-less donk.. Yang loe ga lamar, tapi ditawarin..”. Dasar iblis, ada aja ngebisikin sesuatu yang menghalangi kesaksian 😐
Btw, saya kristen dari lahir. Namun baru mengenal kasih karunia Tuhan lebih dalam lagi dari tahun 2010/2011 (dari ko Garth, koko saya, salah satu leader di GBC, dan juga atasan tempat saya dulu bekerja). Saya bersyukur dan bangga akan identitas saya, dari nama saja “Frans Yosua”, bukan suatu kebetulan saya diberi nama begitu. Meski format pemberian nama dari orang tua selalu western name (nama pertama) + biblical name (nama kedua). Secara arti, nama Frans adalah “free man” (bisa googling tuk confirm, hehe), jadi bisa diartikan orang yang bebas, atau orang yang merdeka. Lalu Yosua itu memiliki arti sama seperti Yeshua/Yesus, “The God Saves” (Tuhan menyelamatkan). Jadi jika digabung, nama saya memiliki arti “Saya orang merdeka (bebas dari dosa) karena Tuhan menyelamatkan!”. Haleluya!
Oke sekarang kita mulai dengan kesaksiannya.. Yang pertama soal pekerjaan baru.
Sebelumnya saya sudah bekerja di sebuah vendor IT sebagai web developer, dari Mei 2011 s/d Feb 2014. Niat untuk keluar dari perusahaan A sudah ada dari Sept 2013. Waktu itu di bulan September saya sudah buat surat resignation, surat lamaran, CV, dan keperluan lainnya selayaknya karyawan yang akan pindah haluan. Saya coba apply ke beberapa perusahaan yang menurut saya, saya capable untuk persyaratan yang diberikan. Rata-rata perusahaan memberi waktu dua minggu untuk proses lamaran. Jadi jika dalam dua minggu tidak ada kabar, biasanya saya sudah tidak mengharapkan lamaran itu dibalas lagi.
Selama beberapa hari, minggu, bahkan bulan, saya terobsesi akan pindah kerjaan. Dan melihat tidak adanya respon yang diberikan dari perusahaan-perusahaan yang sudah saya apply, cukup membuat saya down dan stres. Btw, selama kerja di perusahaan A saya tidak menggunakan sepatu fantovel (hanya sendal). Sepatu fantovel hanya saya pakai pas awal masuk kerja di perusahaan A, dan ketika koko saya (ko Dion) merit.
Waktu di bulan September itu, kondisi rumah sudah berantakan karena tidak ada yang merawat rumah. Orang tua sudah pindah ke Sukabumi, otomatis yang tinggal di Kapuk hanya saya saja. Tinggal sendirian, lamaran tidak berbalas, cukup menyedihkan ya dimana saya pengen banget pindah kerjaan. Waktu berlalu cukup lama, sudah berganti bulan ke November, dan saya sudah tidak mengharapkan balasan dari setiap lamaran yang pernah saya kirim (karena sudah melebihi dua minggu proses lamaran). Akhirnya proses penjualan rumah Kapuk ter-realisasikan. Saya sementara tinggal di rumah ko Dion sambil mencari kosan di sekitar Binus (kampus saya dulu). Dan ketika itu saya baru tau, ternyata sepatu fantovel saya tidak ada! Saya kira ada, karena tidak pernah saya pakai lagi setelah ko Dion merit, seharusnya ada di rak sepatu.
Oiya, di GBC kita selalu diingatkan untuk rest, untuk tidak stres, dan terus mengandalkan Tuhan, bukan mengandalkan diri kita sendiri. Thank you Lord, for this community!
Di bulan November, antara sudah rest atau sudah tidak berharap dengan balasan lamaran, saya sudah enjoy menikmati kembali kehidupan kerja di perusahaan A dan sambil jalan-jalan dengan Leonita ( pacar saya), saya cerita kalau sepatu fantovel tidak ketemu pas pindahan rumah. Dan pas jalan-jalan itulah saya beli sepatu fantovel saya yang sekarang saya pakai kerja. Saya beranggapan, “wah jangan-jangan Tuhan lom kasih saya kabar, karena kalau dikabarin, saya belum punya sepatu.. kudu beli sepatu dulu nih, baru tar Tuhan kasih kabar”. Ajaib! Seperti yang saya duga, besoknya setelah beli sepatu fantovel, ada dua perusahaan yang saya lamar dari September memberi kabar dan menanyakan kapan saya bisa interview! Jadi keinget dengan cerita-cerita Alkitab, dimana ketika kita rest, Tuhan yang kerja! Haleluya!
Dari dua perusahaan itu, ada PT SSS dan P.T. S. Tadinya saya bangga akan masuk ke SSS dan kesaksian di mimbar (secara singkatannya sama dengan 555, seperti Sampoerna Strategic Square, lokasi pertama gereja GBC) :P. Proses interview dan testing di kedua tempat itu pun bertolak belakang, yang mana SSS lebih kasih keleluasaan pas testing (bisa browsing tuk googling, selesai kumpul ga selesai kerjakan lagi bisa submit hari Minggu), sedangkan di S ga dikasih googling, selesai ga selesai kudu kumpul. Pilihan pertama jatuh hati ke SSS. Namun setelah itu saya ada apply lagi ke P.T. B sebagai programmer, setelah dapat panggilan dari P.T. SSS dan P.T. S. Singkat cerita dari hasil semuanya, peluang besar masuk ke SSS / B. Namun bedanya, proses di SSSS agak lambat setelah nego gaji, sementara yang B sudah konfirmasi semuanya sudah oke. Jadi, saya pindah ke P.T. B per tanggal 24 Februari 2014 🙂
Sekarang saya sudah kerja di P.T. B, dan so far saya bisa menikmati pekerjaan saya. Haleluya!
Kesaksian kedua, seputar kesembuhan kaki dari gatal alergi seafood.
Entah kenapa, setiap saya makan seafood, kaki saya jadi gatal, dan kalau digaruk jadi luka lalu berair. Dan air-airnya itu berhenti kalau saya minum obat dari dokter. Siklus minum obat ini sudah saya jalani dari saya tinggal di Kapuk. Kalau sudah sembuh, saya kembali makan seafood. Kalau sudah gatal, saya tergoda tuk garuk. Kalau sudah berair, baru saya ke dokter cek up lagi, beli obat lagi, minum obat lagi sampai saya sembuh. Siklus ini terus begitu, sampai saya tetap minum obat meski tidak gatal (dulu kalau sudah habis obatnya, dan kaki sudah tidak gatal, saya berhenti minum obat, meski kulit kaki masih tipis berwarna kemerahan). Sekarang, meski sudah tidak gatal, saya tetap minum obat sampai warna kulit menjadi coklat, atau tidak tipis lagi. Kalau sudah kembali seperti normal lagi kulitnya, tidak tipis, baru saya berhenti minum obat. Dan puji Tuhan! Meski saya makan seafood lagi, kakinya tidak gatal lagi lho! Haleluya!!
Itulah kesaksian saya, Tuhan sudah memberikan saya pekerjaan baru dan kesembuhan yang sempurna bagi kaki saya. Tadinya saya enggan tuk kesaksian, karena adanya pikiran-pikiran yang saya sebutkan di awal. Namun setelah mendengar ci Litha kotbah tanggal 27 April 2014, saya jadi berani tuk sharing di ciptaanbaru.com. Ci Litha share, “sembuh karena obat juga karena Tuhan! Ya iya donk, buktinya banyak yang berobat tapi masih ga sembuh-sembuh, bahkan malah meninggal. Jadi ga salah kalau sembuh minum obat juga karena Tuhan yang sembuhkan!”. 🙂
Begitu juga dengan sharing ko Garth, seputar pengusaha muda (PM) yang ngobrol dengan Pst. Joseph Prince (JP) tentang effort nya di dunia pekerjaan. Kurang lebih seperti ini ceritanya,
PM: Pastur, saya bisa di posisi saya seperti ini juga karena andil saya donk. Saya bangun lebih pagi dari yang lain, saya kerja lebih keras, dan sekarang saya bisa menempati posisi seperti sekarang ini. Masa semua karena Tuhan?
JP: Oh gitu.. Kalau gitu mau ga saya doakan, biar Tuhan cabut semua tuntunan-Nya dalam diri kamu? Biar kamu bisa membedakan mana yang hasil jerih payah mu, mana karena kasih karunia Tuhan, kalau mau sini saya doain, biasanya kalau saya doain Tuhan kabulkan lho
(PM jadi agak terkejut..)
Kesaksian dari Frans Yosua Armagatlie