Melihat Penyingkapan Yesus dalam Pentahiran Orang Kusta
Dalam hukum Taurat (Imamat 13), orang kusta tidak boleh keluar menampakkan diri di khalayak umum. Orang kusta harus tinggal di luar kota untuk dikucilkan. Hanya orang yang telah diperiksa oleh iman dan dinyatakan imam telah tahir, maka barulah orang kusta itu telah tahir. Jika ada orang yang terkena sedikit kusta, maka orang itu tetap dinyatakan najis. Akan tetapi, jika seluruh tubuh orang itu terkena kusta, maka orang itu dinyatakan tahir.
Pentahiran orang kusta diatur dalam Imamat 14. Orang kusta dibawa ke luar perkemahan dan ketika diperiksa oleh imam bahwa orang itu telah tahir, maka imam harus mengambil dua ekor burung. Burung yang satu disembelih mati, dan burung lain yang masih hidup harus dicelupkan dengan darah burung yang mati lalu burung yang hidup itu dilepaskan ke padang.
Namun, sebelum kedatangan Yesus, peraturan tentang pentahiran orang kusta tidak pernah dijalankan sebab belum pernah ada orang kusta dari antara orang Israel yang telah dinyatakan tahir.
Kusta melambangkan dosa. Dosa membuat manusia tidak dapat mendekati Tuhan. Semua manusia telah berdosa, walaupun ada orang yang berpikir dia hanya berbuat dosa yang kecil, dia tetaplah najis. Hanya orang yang merasa dirinya tidak berdaya dan memerlukan Juruselamat yang akan dinyatakan tahir.
Kusta adalah satu-satunya penyakit yang bukan perlu disembuhkan, tetapi ditahirkan. Demikian juga ketika Yesus berhadapan dengan orang kusta, Yesus mentahirkannya. Yesus mentahirkan orang kusta untuk menunjukkan hanya Dia yang dapat menyucikan kita dari dosa dan menjadikan kita orang kudus.
Yesus menyucikan kita dari dosa melalui kematianNya dan mendeklarasikan kita sebagai orang kudus melalui kebangkitanNya.