Yesus bisa mempergunakan hakNya sebagai Anak, tetapi Dia memilih untuk menjadi seorang hamba untuk taat bahkan sampai mati di kayu salib untuk kita, sehingga kita dijadikan anak-anak Allah.
Roma 8:15-16 Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: “ya Abba, ya Bapa!” Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.
Saat kita percaya kepada Yesus, status kita adalah anak Allah sebab Roh AnakNya sudah tinggal di dalam hati kita sehingga kita tidak perlu menjadi takut lagi. Dan karena kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli-ahli warisNya (Galatia 4:6-7).
Roma 6:14 Sebab kamu tidak akan dikuasai lagi oleh dosa, karena kamu tidak berada di bawah hukum Taurat, tetapi di bawah kasih karunia.
Taruhlah hidup kita di bawah kasih karunia. Kekudusan yang sebenarnya adalah saat kita terus hidup di bawah kasih karunia.
Galatia 2:21 Aku tidak menolak kasih karunia Allah. Sebab sekiranya ada kebenaran oleh hukum Taurat, maka sia-sialah kematian Kristus.
Ketika sepuluh perintah Taurat diberikan ke bangsa Israel, mereka menjadi takut gemetar dan berdiri jauh-jauh (Keluaran 20:18-19).
Ketika berbicara tentang hukum Taurat, tidak ada kata Tuhan memberkati, tetapi saat berbicara tentang mezbah, Tuhan memberkati (Keluaran 20: 24-26). Mezbah berbicara tentang gambaran pengorbanan Yesus.
Mezbah harus dibuat dari batu, tetapi bukan batu pahatan buatan manusia. Itulah gambaran keselamatan Tuhan yang bukan dari usaha manusia. Mezbah tersebut tidak boleh dibuat tangga, sebab itu melanggar kekudusan Tuhan. Demikian juga kekudusan bukanlah dicapai dengan tahapan atau berlevel. Kekudusan adalah anugerah dari penebusan Yesus, bukan suatu pencapaian kita.
Setelah itu diberikan peraturan tentang budak (Keluaran 21), di mana kita dapat melihat gambaran Yesus di dalamnya, di mana Yesus memilih untuk menjadi hamba dan taat sampai mati karena Dia memilih supaya dapat hidup bersama-sama dengan kita, anak-anakNya.
Tuhan Yesus selalu ingin melayani kita supaya kita terus mengalami kehidupanNya yang berkemenangan. Dia ingin kita memandang diri kita bukan lagi sebagai budak, tetapi sebagai anak-anak yang dikasihiNya.