Home > Articles > Apa Yang Tidak Diajarkan di Gereja Mengenai Orang Samaria Yang Murah Hati

By : Bas Rijksen

image copyright: www.frilloblog.com

Jika anda tumbuh di Sekolah Minggu, anda mungkin sudah dengar cerita ini ribuan kali.
“Kalian harus seperti orang Samaria yang murah hati ini”. Bahkan di luar gereja, cerita ‘Orang Samaria yang Murah Hati’ banyak digunakan untuk mendorong kasih antar sesama dan terhadap orang yang tertindas.
Perumpamaan ini mungkin adalah perumpamaan paling terkenal setelah perumpamaan anak yang hilang. Tapi juga yang mungkin paling sering disalahpahami. Anda pasti sudah tahu ceritanya : Seorang pria sedang dalam perjalanan dari Yerusalem ke Yerikho ketika ia diserang oleh para perampok. Ia dirampok, dipukuli, ditelanjangi dan ditinggalkan begitu saja di jalan, dibiarkan menunggu mati. Saat ia terkapar di selokan jalan, penuh penderitaan, melintaslah seorang imam dan seorang Lewi di seberang jalan yang melewatinya begitu saja, tak mau mengotori tangan menolong dia.
Lalu lewatlah si darah-campuran yang dibenci orang Yahudi – seorang Samaria – yang karena tergerak oleh belas kasihan, menyeberangi jalan, menaikkan dia ke atas keledai, membawanya ke penginapan, mengupah petugas penginapan untuk merawat dia dan berjanji akan kembali untuk melihat apakah masih ada yang kurang. Anda pasti sudah sering dengar interpretasi umum cerita ini : jangan seperti imam dan orang Lewi itu, mereka orang egois yang hanya mementingkan diri sendiri, tak mau menolong orang lain. Jadilah seperti orang Samaria, jadilah sesama yang baik. Dengan kata lain, kita diajar untuk mengidentifikasi diri dengan orang Samaria itu, pahlawan dalam cerita.
APA YANG HARUS AKU PERBUAT?
Perumpamaan orang Samaria adalah bentuk cerita (naratif) dari hukum yang terutama : kasihilah sesamamu seperti dirimu sendiri. Yesus menceritakan kisah ini sebagai jawaban atas pertanyaan yang diajukan seorang ahli Taurat mengenai siapakah ‘sesama’ itu sesungguhnya.
Sang ahli Taurat, berusaha menjebak Yesus, bertanya padaNya apa yang harus diperbuatnya untuk memperoleh hidup kekal. Yesus menjawab, agar dia mentaati Taurat sudah sangat dikenalnya : “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”(Lukas 10:27).
Tapi, untuk membenarkan diri dia bertanya lagi, “Dan siapakah sesamaku itu?”. Lalu Yesus menceritakan perumpamaan orang Samaria yang baik hati itu.. dan kita melewatkan poin pentingnya sama sekali.
PERGILAH DAN PERBUATLAH DEMIKIAN
Jika Yesus saat itu ditanya, “Bagaimana aku seharusnya memperlakukan sesamaku?”, dan Dia menjawabnya dengan cerita ini, mungkin ‘Jadilah seperti orang Samaria yang baik’ adalah interpretasi yang bisa diterima.
Tapi Yesus ditanya bukan dengan pertanyaan itu, melainkan dengan ini “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal?”. Yesus sedang ditanya suatu pertanyaan yang sifatnya vertikal (mengenai hubungan seseorang dengan Allah) bukan yang sifatnya horisontal. Sang ahli Taurat bagaimanapun berusaha membenarkan dirinya. Jadi perumpamaan ini harusnya diinterpretasi secara vertikal pula.
Konteks cerita ini menempatkan kalimat terakhir Yesus “Pergilah dan perbuatlah demikian” dalam perspektif. Ingat, ini adalah Yesus yang sama dengan yang mengkhotbahkan Khotbah di Bukit, menyuruh para pendengarNya, “Karena itu haruslah kamu sempurna, sama seperti Bapamu yang di sorga adalah sempurna.”(Matius 5:48). Yang Yesus ingin sampaikan kepada ahli Taurat lewat cerita orang Samaria ialah, “Untuk memperoleh hidup yang kekal kamu harus memenuhi setiap hukum Allah dengan sempurna, termasuk mengasihi sesamamu. Tak boleh ada cacat sedikitpun. “Kamu harus mengasihi dengan sempurna, penuh pengorbanan dan tidak memikirkan diri sendiri. Tak hanya tampak luar, tapi juga di dalam hati.
“Kamu juga tak boleh menyakiti sesamamu – fisik, mental, relasional.”
“Kamu juga harus menolong sesamamu secara fisik, mental dan relasional”
“Kamu tak boleh menggerutu atau menyimpan kemarahan kepada sesamamu. Tidak boleh sama sekali.”
“Kamu juga tidak boleh mengharapkan imbalan atau balas jasa, sama sekali.”
“Sekalipun seseorang menipu kamu, jangan berusaha mengambil kembali apa yang jadi hakmu. Sebaliknya berikan lebih kepadanya. Kamu harus berikan pipi kanan kepada yang menampar pipi kirimu.”
“Kamu harus mengasihi DENGAN SEMPURNA!”
‘Pergi dan perbuatlah demikian’ bukanlah kata-kata saran yang ramah. Itu adalah kalimat penghakiman untuk menjawab pertanyaan sang ahli Taurat yang terhormat, “Apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal?”
“ORANG SAMARIA” YANG ASLI, HARAP BERDIRI…
Jauh dari maksud menyuruh kita menjadi seperti orang Samaria, Yesus menceritakan kisah ini untuk menunjukkan pada ahli Taurat itu betapa jauuuhnya kita dibandingkan tokoh orang Samaria itu.
Cerita Yesus menghancurkan setiap usaha untuk membenarkan diri. Yesus membawa ‘palu’ Taurat untuk menghancurkan setiap perbuatan berusaha membuat benar diri sendiri.
Kita bukan hanya seperti imam dan orang Lewi yang egois, yang tak pernah mengasihi sesamanya dengan sempurna – jangan kata musuh – dan mengidentifikasi diri dengan orang malang yang tergeletak di jalan itu.
Yesus menceritakan kisah ini untuk membuat kita sadar kitalah orang yang malang, yang hancur, yang dipukuli oleh masalah-masalah hidup, yang harapannya telah dirampok.
Lalu Yesus datang — yang tak seperti imam dan orang Lewi itu — tidak mengabaikan kita. Dia menyeberangi jalan – dari sorga ke dunia – datang ke kekacauan kita, membiarkan tanganNya ‘kotor’ menolong kita. Dengan harga yang sangat mahal yang dibayarNya di salib, Yesus menyembuhkan setiap luka, menutupi ketelanjangan kita dan mengasihi kita dengan kasih yang tidak mengenal ‘syarat dan ketentuan’. Dia membawa kita kepada Bapa dan berjanji bahwa ‘pertolongan’Nya tidaklah suatu bantuan 1x saja, tapi ‘bantuan’ yang selamanya akan menutupi ‘biaya’ yang kita timbulkan.Ya, Yesus sendiri, dan hanya Dialah ‘orang Samaria yang murah hati’ itu!
Semoga anda terbebas dari ‘lari di tempat’ agamawi, dan digerakkan semata-mata oleh kasih dan anugerahNya, sehingga anda tidak menaruh diri anda di posisi ‘orang Samaria yang murah hati’ lagi….