GBC 27 Agustus 2017
Ps. Yudi Gumanti
Banyak orang masih hidup dalam intimidasi akan apa yang telah dilakukan di masa lampau. Mungkin kegagalan yang telah terjadi atau kesalahan yang pernah dilakukan. Akibatnya hidupnya selalu dihantui dengan trauma, rasa bersalah, penyesalan, penghukuman, bahkan tidak sedikit yang merasa adanya kutuk dalam hidupnya.
Mirisnya mimbar malah banyak dipakai untuk semakin mengingatkan kesalahan yang dilakukan dan memberikan rasa bersalah, bahkan memakai konteks ayat Alkitab tanpa melihat konteks sebenarnya ayat tersebut ditujukan. Pemulihan sejati tidak terletak di sana, itu hanya akan membuat kehidupan seseorang berada pada lingkaran kejatuhan, seberapa besarpun tekat orang itu untuk mencoba berubah.
Kehidupan yang benar dan kudus tidak dapat dihasilkan melalui ketakutan. Kehidupan itu hanya dapat dihasilkan ketika kita menyadari betapa hidup kita sangat dikasihi oleh Tuhan karena Yesus telah menebus hidup kita.
Orang Kristen hanya dapat berada di bawah kutuk jika orang tersebut kembali menggantungkan hidupnya dari pekerjaan hukum Taurat (Galatia 3:10). Akan tetapi, orang yang terus memberi dirinya untuk hidup di bawah kasih karuniaNya, kutuk tidak dapat menyentuhnya, sebab Yesus telah menebusnya dari kutuk hukum Taurat (Galatia 3:13).
Oleh karena itu, teruslah belajar hidup di bawah kasih karuniaNya. Bergantunglah pada penebusan Yesus. Kita bergantung pada apa yang telah dilakukan Yesus, bukan pada apa yang telah kita lakukan. Dan apa yang dilakukan Yesus sempurna untuk memberkati kita.
Yesus mati di atas kayu salib untuk menuai kutuk yang kita tabur, supaya kita menuai berkat yang Dia tabur. Tidak ada lagi kutuk bagi kita yang hidup bergantung pada penebusan Yesus.