Home > Sermon > The Prodigal Son | Ps. Garth Armagatlie | 25 Oktober 2020

Lukas 15:11-32

Singkat cerita ada seorang anak meminta harta warisan kepada bapanya kemudian dia pergi ke negeri yang jauh menghabiskan hartanya dengan berfoya-foya. Dan ketika terjadi bencana kelaparan, anak ini pun melarat bahkan sampai menginginkan ampas makanan babi untuk mengisi perutnya.

Maka teringatlah anak ini akan bapanya yang berlimpah-limpah makanannya dan berencana untuk dijadikan budak karena dia merasa tidak layak dianggap sebagai anak lagi.

Lalu pulanglah anak itu dengan motivasi karena lapar akan makanan. Namun, dari kejauhan bapanya sudah memperhatikan anaknya, kemudian bapanya berlari, memeluk, dan mencium-cium anaknya itu. Dan sebelum anaknya hendak berkata untuk menjadikan dirinya budak, ayahnya lalu menyuruh hamba-hambanya untuk memberikan anaknya jubah yang terbaik, cincin, kasut, dan menyembelih anak lembu tambun untuk berpesta.

Tuhan tidak peduli apa motivasi kita datang kepadaNya sebab Tuhan mengasihi kita apa adanya. Tuhan memberikan kita jubah kebenaran Yesus. Kita adalah orang-orang yang dibenarkan oleh darah Yesus. Kita dilayakkan untuk datang kepadaNya. Kita diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Tuhan tidak menjadikan kita budak, melainkan anak.

Di dalam kisah itu, anak sulung marah dan iri dengan apa yang dilakukan bapanya kepada adiknya. Sebab anak sulungnya beranggapan dia lebih baik daripada adiknya, tetapi merasa tidak pernah diperlakukan seperti itu. Namun, bapanya mengingatkan dia bahwa apa yang dipunya bapanya sebenarnya adalah miliknya juga. Bapanya ingin anak sulungnya melihat bagimana kebaikan bapanyalah yang justru menuntun anak bungsunya kepada pertobatan.

Roma 2:4b Tidakkah engkau tahu, bahwa maksud kemurahan Allah ialah menuntun engkau kepada pertobatan?