Tuhan sudah mempersiapkan berkat di tempat Elia akan melangkah. Elia dipelihara hidupnya dengan ajaib oleh Tuhan. Burung-burung gagak membawa roti dan daging untuk Elia di tepi sungai Kerit. Seorang janda di Sarfat memberi makan kepada Elia dengan tepung dalam tempayan yang tidak bisa habis dan minyak dalam buli-buli yang tidak bisa berkurang. (1 Raja-raja 17)
Di gunung Karmel, api Tuhan menyambar habis korban yang dipersembahkan Elia.
1 Raja-raja 18:38 Lalu turunlah api TUHAN menyambar habis korban bakaran, kayu api, batu dan tanah itu, bahkan air yang dalam parit itu habis dijilatnya.
Di Perjanjian Lama, korban yang dipersembahkan manusia terlalu kecil untuk dibakar api kemarahan Tuhan. Di Perjanjian Baru, di atas kayu salib, Yesus menyelesaikan api kemarahan Tuhan di atas tubuhNya, sehingga mengalirkan pengampunan bagi kita. Kemarahan Tuhan sudah dipuaskan melalui pengorbanan Yesus.
Yesus dicambuk supaya oleh bilur-bilurNya kita menjadi sembuh, Dia disalib supaya Dia yang menanggung kutuk yang harusnya kita pikul.
Agama menuntut pengorbanan maksimal umatnya untuk Tuhan, tetapi Yesus adalah Tuhan yang mengorbankan dirinya dengan maksimal untuk kita.
Ketika kita memperkatakan janji Tuhan sesuai dengan firman Tuhan, justru Tuhan sedang melihat kita sedang berdoa sungguh-sungguh. Saat kita memperkatakan kebenaran yang telah dianugerahkan Yesus melalui karya penebusanNya, Tuhan melihat kita sedang berdoa sungguh-sungguh.
Elia adalah manusia biasa, tetapi memiliki Tuhan yang luar biasa. Demikian juga kita.