Sebelum Yesus mengalami pencobaan di padang gurun (Matius 4:1-11), Yesus telah terlebih dahulu mendengar suara dari Bapa di Sorga yang mendeklarasikan bahwa Dia adalah Anak yang dikasihi Bapa (Matius 3:17).
Semakin kita menyadari diri kita dikasihi Tuhan, semakin kita dapat berjalan dipimpin oleh Roh. Sebab saat kita merasa dikasihi, kita semakin percaya kepadaNya. Semakin kita percaya kepadaNya, semakin kita ingin hidup dituntun olehNya.
Jika seringkali kita merasa selalu dalam pencobaan, seringkali karena kita sedang “lapar”. Iblis seringkali mendatangi kita saat kita “lapar”. Karena itulah penting sekali untuk kita terus memberi makan roh kita tentang betapa kita sangat dikasihi.
Semakin kita menyadari diri kita dikasihi Tuhan, maka kita akan selalu mengarahkan masalah kita kepada Tuhan kita yang besar. Saat kita menyadari diri kita dikasihi Tuhan, semakin kita rindu menyambahNya.
Identitas kita yang membentuk realitas kita.
Tuhan yang menaruh fokus kasihNya kepada kita, bukan kita yang berusaha untuk mendapatkan kasihNya. Dia yang melayakkan kita untuk dikasihi melalui penebusan Yesus untuk kita. Dia telah mengaruniakan Yesus untuk kita dan menempatkan kita di dalam Yesus.
Terang Tuhan bukan untuk memperlihatkan betapa kotornya kita, tetapi untuk menunjukkan betapa kudus dan benarnya kita oleh penebusan Yesus.
Kolose 1:12-14 dan mengucap syukur dengan sukacita kepada Bapa, yang melayakkan kamu untuk mendapat bagian dalam apa yang ditentukan untuk orang-orang kudus di dalam kerajaan terang. Ia telah melepaskan kita dari kuasa kegelapan dan memindahkan kita ke dalam Kerajaan Anak-Nya yang kekasih; di dalam Dia kita memiliki penebusan kita, yaitu pengampunan dosa.